Mengenal Desktop Environment Di Linux
Pernahkah anda mendengar kata GNOME, KDE, XFCE dan yang lainnya ..?? Pada saat pertama kali aku belajar linux, dibenakku sering timbul pertanyaan seperti ini "GNOME, KDE & XFCE itu apa ych ..??" Tak sedikit pemula linux yang bertanya-tanya tentang hal itu. Sempat dibuat bingung dengan hal itu saat pertama kali belajar linux. Tapi kebingungan itu secara perlahan menghilang asalkan tidak bosan belajar & mencari tahu. Tapi sayang, banyak orang yang tertarik pada linux dan ingin mempelajarinya berhenti ditengah jalan karena masalah sepele. Seperti Mp3-nya tidak bisa berkicau lagi dan karena tidak terbiasa dengan mode text/CLI (Command Line Interface) yang di anggap sulit. Padahal menurut saya, itu cuma butuh kebiasaan saja. Emang pikiran orang gak sama tapi aku yakin kalau kita sudah biasa pasti bisa. Kita bisa karena biasa. "Anda tidak perlu keahlian dalam melakukan sesuatu, karena keahlian itu akan terbentuk disaat anda melakukannya". (Mario Teguh) Maka dari itu, cobalah dan lakukanlah! Jangan menyerah dan jangan katakan aku tidak bisa.Melakukan kesalahan untuk mencapai kebaikan merupakan hal mulia daripada diam karena takut salah tapi kita tidak bisa menjadi lebih baik. Mempelajari linux memang butuh efort yang lebih daripada belajar system operasi yang lain. Setidaknya kalau kita belajar linux, kita juga belajar tentang keberagaman, kebersamaan dan kepedulian.
Kembali ke pertanyaan diatas tentang GNOME, KDE, XFCE dan lainnya. Ringkasnya, mereka itu disebut dengan Desktop Manager. Dalam bahasa indonesianya adalah bagian yang mengatur tampilan grafis di desktop. Desktop manager ini, ada dalam ruang lingkup Desktop Environment atau lingkungan kerja yang berbasis desktop atau grafis. Artinya kalau kita menggunakan komputer tinggal klak-klik saja. Tidak perlu ketik-ketik perintah lagi karena sudah ada Desktop Manager. Entah itu GNOME, KDE, XFCE atau yang lain. Untuk memahami lebih detail lagi dimana posisi Desktop Manager ini, kita mesti melihat ke arsitektur linux itu sendiri. Untungnya Linux itu transparan. Setiap layer/lapisan yang menyusun sebuah system operasi bisa terlihat dengan jelas. Berbeda dengan system operasi yang mahal itu. User tahunya cuma apa yang tampak di depan mata. Ada apa dibelakang ya gak ngerti.
Gambar berikut yang menjelaskan secara sederhana lapisan-lapisan yang menyusun Linux. Dimulai dari level kernel yang paling dekat dengan hardware, hingga Desktop Manager yang menjadikan hidup lebih indah dengan klik kanan klik kiri.
Setiap layer menjadi penghubung komunikasi antara layer yang ada diatasnya dengan layer dibawahnya, begitu pula sebaliknya. Layer kernel bertugas untuk berkomunikasi dengan hardware, termasuk pengaturan Memory, Processor, VGA dll. Diatasnya ada beberapa utility dan daemon atau service yang bisa di pakek oleh user tapi dalam bentuk command line dan bebasis text. Terlihat pada
gambar ada Xserver yang menjadi pondasi komunikasi antara desktop environment dengan kernel. Xserver ini tidak jauh berbeda dengan service-service lain seperti http server atau database server. Library Xlib menjadi alat komunikasi Xserver dengan library lain yang ada dilevel yang lebih tinggi. Level berikutnya adalah GTK, Qt dll. Nah library-library inilah yang digunakan untuk membangun Desktop Manager. Misalnya KDE dibangun diatas Qt, dan GNOME dibangun dengan library GTK. Baru diatas level inilah dibangun applikasi-aplikasi yang berbasis grafis, yang bisa diklik kanan dan kiri.
“Jika kita tidak ingin menginstal Desktop Manager, apa masih bisa bekerja?” tentu saja bisa, tapi tidak dengan klik kanan kiri. Sebagian orang memilih bekerja tanpa Desktop Manager karena lebih ringan, fleksibel dan alasan-alasan lainnya. Tanpa applikasi grafis pun tetep bisa buat document, dengerin musik, chating, browsing dll. Keren kan ..? Nah kalau ada orang atau komunitas yang membuat paket Linux, kemudian dalam paket tersebut ditambahkan berbagai aplikasi yang dibutuhkan, hasil pemaketannya ini disebut distro. dan tiap-tiap distro diberi nama seperti Fedora, Ubuntu, Linux Mint dll.
Gimana ..?? Seru kan belajar Linux..??
Source :
http://habibillah.wordpress.com/2011/05/24/mengenal-desktop-environment-di-gnulinux/
Mudah dan Enak memang banyak yg mendambakan ..
ReplyDeleteAsyik nch bang brow triknya ..
@Kholil Al Qusyairi
ReplyDeleteThank ych ..
Masih belum paham mas
ReplyDeletetapi harus belajar dan praktek
salam hangat selalu
Salam hanGat kembaLi gan. Maju teruz pantang mundur ..
Deletethanks ..
mik pas eberik sa CD-yen mik benni DVNa
ReplyDelete@Sandy Doank
ReplyDeletemaaf bang, itu aku nyuruh zainal soalnya dia yg drmhnya bs burning ..
linux ane gk paham gan, soalnya menurut ane d pasaran atau d dunia krja yang laku tu windows
ReplyDeleteSetuju banget sama omongan Pak Mario Teguh. Saya ngga puas dengan tampilan Unity dari permulaannya muncul di Ubuntu 10.10 dan awalnya lari ke XFCE.
ReplyDeleteSaat Ubuntu 11.04, XFCE entah kenapa terasa lebih berat dari versi sebelumnya, saya gonta ganti DE sampai akhirnya mendarat di Openbox yang sumpah ringan banget.
Openbox emang bukan DE, tapi WM (Window manager) tapi bisa dengan sangat nyaman dibentuk sana sini sehingga saya berhasil membuat tampilan desktop yang tidak menghabiskan tempat di laptop dan mempercepat dalam pekerjaan (walau idenya ngambil dari AriOS)
proses yang dikatakan oleh pak Mario Teguh saya alami, walau pelan dan tidak mudah menyerah, rajin Googling, memang menjadi pembelajaran berharga bagi saya
Wih seru, saya baru migrasi 100% ke linux br sktr 3 blnan. Saya pakenya precise puppy. Enak, ringan, bisa pake paket dari ubuntu, setting internetnya juga lebih gampang dari ubuntu (mnrut saya). Kalo buat pemula sih patut d coba precise puppy. Sedikit koding banyak ngekliknya. Trus dukungan forumnya juga gampang d cari (walaupun b inggris sih)
ReplyDelete